Untuk saudariku, dengan indahnya cinta pertama
Sayangku.
Pelangi putih pun bisa meluncur sempurna di kegelapan malam.
Bahkan ketika serpih reruntuhan dingin itu melayang-layang tanpa tenaga
Sang warna murni bisa begitu megah merentangkan tangan.
Punya kesadaran penuh dalam menghasilkan bias baru
Sudah saatnya kelopakmu terangkat, sayang.
Perang sudah menemui pita yang membentang.
Aroma mesiu yang dengan gerilya penuhi pembuluh darah,
kini menguar teratur lewat pori-pori cantikmu.
Sisakan diri dengan sel tubuh yang bernafas lega.
Aku tahu, sayangku.
Panah-panah tergolek lemah di atas tanah.
Tak berdaya atas kendali urat manusia.
Menyisakan kekosongan yang memoles mata,
dan garis putus-putus pun terlahir dari lidah.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Lihat danau permata itu, sayangku.
Seorang wanita tengah baya yang cantik melambai dari ujung sana.
Meski baru dipeluk badai, ia menggosok awan dengan tangan indahnya.
Mengecap nyaman dalam sebuah perahu tenang.
Matanya tersenyum teduh.
Sambutmu dengan keadaan apapun.
Alirkan biru di setiap doanya.
Harapan tak terbatas atas kebahagiaanmu.
Sayangku.
Mari kita tinggalkan kepul asap putihnya.
Di kanan sana ada sebuah lahan berumput hijau.
Kerang mutiara bermain gembira di tengah gerhana aurora.
Jangan lupa bawa jalanya.
Meski konon katanya barang langka,
paling tidak mata sudah menyapa kilaunya.
Best Regards,
Sindayu Annisa M